MACAM - MACAM FAULT PADA PENGELASAN
MACAM - MACAM FAULT PADA PENGELASAN
Keyword : Welding, Crack, Fault
Salah satu hal yang tidak luput dari pengelasan adalah timbulnya kesalahan baik itu cacat maupun ketidaksempurnaan,
sumber : http://www.rathienterprises.in
Keyword : Welding, Crack, Fault
Salah satu hal yang tidak luput dari pengelasan adalah timbulnya kesalahan baik itu cacat maupun ketidaksempurnaan,
Berikut ilustrasi kesalahan yang sering
terjadi pada pengelasan.
Gambar 1. Contoh
Kegagalan pada Pengelasan
·
Root Faults
Timbulnya root faults salah satunya bisa terjadi
ketika dilakukannya bead awal tepat
pada bagian root dengan pengelasan
model butt joint, timbulnya root faults juga diakibatkan oleh penetrasi
pada bagian root yang mungkin tidak
rapi serta tidak memenuhi filler metal
pada bagian root. Timbulnya root fault juga diakibatkan ketika arus
listrik yang berlebihan sehingga penetrasi menjadi terlalu tinggi dari jarak
ideal pengelasan butt joint.
Penetrasi yang
tidak ideal juga bisa diakibatkan oleh pengaturan untuk arus listrik yang
keluar terlalu lemah. Serta kecepatan dalam menggerakan las terlalu cepat. Indikasi timbulnya root faults juga diakibatkan oleh elektrode yang terlalu besar pada
bagian pengelasan.
·
Bead Edge
Defect
Ketidakrapian
pada bagian bead juga bisa terjadi
diakibatkan karena output arus yang terlalu tinggi. Kegagalan bead edge juga diakibatkan walaupun pada
output arus yang sudah tepat, akan tetapi busur yang terlalu jauh dari bidang
kerja ataupun juga diakibatkan pergerakan elektrode yang tidak benar. Ketika
pengelasan dilakukan pada bidang vertikal dengan arah menuju keatas dan
menggunakan gerakan weaving,
elektrode sebaiknya digerakan secara momentum dengan cara menahan untuk tiap
sisi dari bead untuk mendapatkan
penetrasi yang bagus dan menghindari
timbulnya edge defect. Kesalahan pada edge
dan undercut berpotensi menyebabkan
patahan pada bagian konektor yang dilas.
·
Fusion
Fault
Jika output
arus yang terlalu rendah serta kecepatan travel yang terlalu tinggi, maka akan
timbul fusion fault, fusion fault juga ditimbulkan akibat
pelelehan yang tidak sempurna dan terjadinya fusi diantara filler metal dan base metal
( material induk ).
Fusion fault juga bisa diakibatkan karena
elektrode yang terlalu kecil digunakan untuk area besar pada bagian material
yang masih dingin. Elektrode yang memiliki diameter yang besar disarankan untuk
digunakan dan bisa dilakukan prehated untuk material induknya agar resiko fusion fault yang terjadi semakin kecil.
·
Pores
ores pada
pengelasan dapat terjadi diakibatkan adanya konten uap pada pelapisan
elektrode, khususnya ketika pengelasan dengan menggunakan elektrode dasar. Pores pada pengelasan bisa juga
diakibatkan timbulnya jika material induk ( base
material ) dalam kondisi basah atau lembab. Faktor lain yang dapat
menimbulkan adanya pores pada hasil
las-lasan adalah akibat busur yang terlalu panjang dengan join las-lasan, sehingga menyebabkan udara bisa masuk kearea
pengelasan ( weld zone ). Akibat dari
adanya pores dapat mengurangi
kekuatan dari las-lasan.
·
Heat Crack
Heat crack bisa muncul baik sebelum atau
sesudah pada waktu pendinginan las-lasan. Munculnya heat crack terjadi akibat
dua permasalahan antara lain ;
1. Ketidakmurnian
dari base material bisa mengakibatkan
kecenderungan untuk memisahkan dan terjadinya perubahan pada lapisan di bagian
tengah las-lasan. Di lapisan ini timbul kemungkinan untuk mencegah terjadinya
fusi pada kristal. Pada kasus jika heat
crack ditimbulkan akibat adanya substansi pemisah, maka disarankan untuk
menggunakan elektrode dasar.
2. Timbulnya
tegangan yang melewati hasil las-lasan juga bisa menyebabkan timbulnya heat crack walaupun material induknya
tidak memiliki substansi pemisah. Pada bagian las-lasan yang sempit, rentan
temperatur kritis, akan terjadi deformasi properti kecil pada bagian las-lasan
ketika bead sudah mengalami penggabungan.
Ketika
penyusutan metal lebih besar dibandingkan dengan pemuaian metal, maka akan
timbul heat crack. Tipe crack ini bisa
dicegah dengan cara mengikat material dengan menggunakan clamp untuk mengontrol
timbulnya penyusutan.
Gambar 2.
Contoh Kegagalan Heat Crack
·
Shrinkage
Crack
Shrinkage
crack timbul ketika salah satu properti deformasi ( kekerasan ) pada bagian
las-lasan lebih kecil dibaningkan dengan pergerakan aktual penyusutannya.
Shrinkage crack umumnya muncul melewati sepanjang tegak lurus dari arah
pengelasan yang mengakibatkan terjadinya penyusutan yang maksimal. Untuk
mengatasi agar tidak terjadi shrinkage crack maka penggunaan basic electrode
merupakan pilihan terbaik dalam mengatasi shrinkage cracks.
Gambar 3.
Contoh Kegagalan Shrinkage Crack
·
Hydrogen
Crack ( Cold Crack )
Cold crack
bisa terjadi diakibatkan adanyanya hidrogen dan mungkin saja diakibatkan oleh
berbagai tipe jenis baja yang telah mengalami pengerasan. Atau telah mengalami pengerasan
sebelum proses pengelasan. Baja dengan nilai yield yang tinggi memiliki struktur
pengeras yang normalnya adalah martensite. Semakin tinggi nilai dari titik
leleh, semakin tinggi pula resiko terjadinya hydrogen crack. Umumnya kejadian
hydrogen crack terjadi akibat elektrode yang sedang dalam kondisi lembab dan
basah sebelum pengelasan. Adanya kandungan air pada coating akan merubah
kondisi air menjadi hidrogen di bagian busur dan akan berakhir timbulnya
porositas hidrogen yang menyatu kedalam weld metal dan juga pada heat affected
zone ( HAZ ) dengan seketia menyatu kedalam zona lelehan. Ketida dikombinasikan
dengan fase keras pada hasil las-lasan dan akan
timbul tegangan yang cukup untuk membentuk crack. Crack mungkin saja timbul
dalam waktu lama setelah pengelasan selesai.
Untuk
sumber hidrogen lain selain air antara lain karat, minyak, cat atau kondensasi
sepanjang jalur las. Preheating pada jalur dengan temperatur sebesar 50 derajat
celcius akan membantu untuk mengurangi kandungan hidrogen. Untuk mencegah
terjadinya cold crack, maka bisa digunakan elektrode dasar yang kering.
Gambar 4.
Contoh Kegagalan Hydrogen Crack ( Cold Crack )
DAFTAR PUSTAKA dan SUMBER REFERENSI
Unitor. Maritime
Welding Handbook : Welding and Related Processes for Repair and Maintenance
Onboard 14th edition 2nd revision. Wilhelmsen Ships
Service.
Comments
Post a Comment